Totalitas DBL untuk Basket Indonesia

Untuk menyelenggarakan Honda Development Basketball League (DBL) 2010 sesuai standar di 21 kota, penyelenggara pun keliling Indonesia membawa sekitar tujuh ton perlengkapan.

Pada Sabtu pagi lalu (2/1), lima boks kargo hitam berlogo DBL Indonesia sudah tertata rapi di DBL Arena Surabaya, markas penyelenggara Honda DBL 2010.

Sabtu siang itu, dua boks berangkat ke kota tujuan. Satu ke Aceh, satu lagi ke Medan. Tiga lainnya menunggu diberangkatkan ke Tangerang, Mataram, dan Jayapura.

Setiap boks berisikan berbagai kebutuhan penyelenggaraan Honda DBL 2010. Isinya hampir sama. Sebelum ditutup dan dikunci, personel DBL Indonesia harus mengecek hati-hati, karena setiap boks berisikan 104 item.

Ada alat pendukung pertandingan seperti scoreboard, timer, shot clock, buzzer, dan lain-lain. Lalu ada perlengkapan-perlengkapan games untuk menghibur penonton.

“Berat per boks minimal 200 kilogram. Jadi kalau ditotal, lima boks itu beratnya minimal satu ton,” ungkap Puji Agus Santoso, Basketball Operations and Events Manager DBL Indonesia.

Khusus untuk Aceh dan Tangerang, DBL Indonesia juga mengirimkan “paket tambahan.” Aceh mendapat kiriman sepasang ring basket, yang berat totalnya lebih dari 400 kilogram. Sedangkan Tangerang mendapat kiriman lapangan portable seluas 17 x 30 meter per segi, dengan berat 1,53 ton.

“Masih banyak lagi perlengkapan-perlengkapan lain. Seperti ratusan frame pembatas lapangan yang masing-masing beratnya sepuluh kilogram. Bila ditotal, semua perlengkapan yang kami bawa keliling Indonesia bobotnya sekitar tujuh ton,” kata Puji.

Kebutuhan yang dibawa oleh tim DBL Indonesia itu sudah diperhitungkan dengan matang. ”DBL memiliki standar tinggi untuk menyelenggarakan kompetisi. Padahal, tidak semua daerah punya fasilitas yang sesuai standar kami. Karena itu, kalau memang perlu membawa peralatan dari Surabaya, kami akan bawa,” tandas Puji.

Untuk Aceh misalnya, GOR KONI Banda Aceh sebenarnya sudah cukup memadai. Tapi, di sana tidak ada ring basket. “Ring basket di sana hilang pasca bencana tsunami beberapa tahun lalu,” jelas Puji. “Kami mencoba mencari di seluruh Aceh dan Medan, tapi tak ada yang bisa digunakan. Jadi, kami kirim langsung dari Surabaya,” lanjutnya.

Sedangkan di Tangerang, kondisi lantai di GOR Dimyati sudah tidak lagi layak untuk pertandingan basket. “Ada beberapa bagian yang berlubang,” ungkap Donny Rahardian, basketball operations and events manager DBL Indonesia, yang sudah beberapa kali ke Tangerang untuk persiapan. “Kami punya lapangan portable yang sebelumnya kami gunakan untuk even-even di mal. Termasuk untuk NBA Madness di Surabaya tahun lalu,” paparnya.

Azrul Ananda, Commissioner DBL, punya harapan jangka panjang dari segala upaya yang dilakukan untuk Honda DBL 2010 ini. “Kami berharap partisipasi olahraga di setiap daerah yang kami kunjungi terus meningkat. Sehingga fasilitas-fasilitas di setiap daerah itu lantas mendapat perhatian lebih. Kami yakin harapan kami ini akan terwujud,” ujarnya. (azz)

Tujuh Ton Perlengkapan

Ring Portable (1 set) 400 kg
Lapangan Portable 1.530 kg
5 Boks Peralatan 1.000 kg
396 A-board frame 3.960 kg
Bola, kostum, dll. 300 kg
Total 7.190 kg