Untuk Indonesia yang Kuat oleh Ligwina (Bersiap untuk Harga Tiket NBL yang PASTI Akan Selalu Naik)

Dalam penutup tulisan gw yang kemarin, gw menulis “Jika harga tiket (NBL) naik, kita paling-paling akan mengeluh sedikit sebentar lalu berusaha sekuat tenaga (dengan halal) untuk menambah penghasilan lalu kita korbankan untuk menyaksikan tim idola kita. Itulah kita.”

Tadi malam (24 Februari), gw ke Gramedia dan membeli sebuah buku berjudul “Untuk Indonesia yang Kuat, 100 Langkah Untuk Tidak Miskin” tulisan Ligwina Hananto. Siang (25 Februari) ini, buku tersebut sudah gw khatamkan. Andaikata, buku tersebut gw baca tanggal 22 Februari, maka kemungkinan besar kalimat penutup posting gw kemarin adalah “Ketika harga tiket naik, kita tidak akan mengeluh sedikit sebentar karena kita sudah tahu dan sudah siap!” :)

Membuka sampul buku ini, gw langsung diingatkan oleh ajaran dari buku The Richest Man in Babylon karya George S. Clason yang gw baca sekitar delapan tahun lalu namun belum juga gw jalankan, “Simpan 1 dari 10 penghasilan yang engkau dapatkan!” Demikian kurang lebih ajaran yang selalu nempel di kepala gw dari buku Clason tersebut. Clason bahkan mengajarkan “kalau mampu, simpan 3 dari 10!”.

Pada lidah (perpanjangan sampul muka yang dilipat ke dalam) buku Ligwina, gw langsung diminta untuk berkomitmen menyisihkan sekian persen dari penghasilan bulanan gw. Ketika membuka sampul buku Ligwina, sampul itu seolah jelmaan The Richest Man in Babylon yang langsung ngagetin “remember me? yes, quite a long time. 8 years dude! Imagine what could have been..” Bukunya langsung gw tutup, malu gw :(! Gw langsung lompat ke halaman isi.

Menyisihkan sebagian dari penghasilan di muka adalah salah satu ajaran kecil yang coba kembali diingatkan oleh Ligwina melalui buku ini. Namun tujuan akhir dari kegiatan kecil tersebut adalah untuk membangun golongan menengah Indonesia yang kuat! Ligwina percaya bahwa golongan menengah yang kuat akan membuat bangsa ini menjadi lebih kuat!

Banyaklah rasanya buku yang menjelaskan mengapa dengan cara ini atau dengan cara itu perekonomian kita akan membaik. Buku-buku yang menjelaskan seharusnya “kita melakukan begini..” atau “pemerintah seharusnya mengeluarkan kebijakan ini.. itu…” namun akhirnya gak kejadian juga karena memang sebatas retorika saja. Di buku ini, Ligwina malah sedikiiit sekali membahas tujuan akhirnya. Ia malah banyak menjelaskan “langkah pertama” yang harus diambil untuk menuju tujuan akhir “golongan menengah yang kuat”. Dengan memperkuat diri sendiri, kita akan mampu membantu orang lain. “When we are stronger, we can be stronger for others” (hal. 195) dan demikian, tujuan akhir akan sangat masuk akal. *jangan khawatir, English-nya hanya 0,00..sekian persen kok dari total isi buku :D

Penjelasan paling menarik dan yang paling membuka mata gw adalah bagaimana Ligwina mengajak orang-orang untuk merencanakan keuangan masa depan terutama dana pendidikan dan dana pensiun dengan melihat faktor yang (bagi gw) gak pernah gw perhatikan sama sekali, INFLASI!

Selama ini, kata inflasi sering sekali seliwar-seliwer dalam tulisan-tulisan yang gw baca. Sejujurnya, gw gak begitu paham apa maknanya. Sebelum tadi malam, gw memahami kata inflasi sebagai “menurunnya nilai uang yang kita punya”, yang mana agak njelimet juga untuk gw pahami sendiri. Namun dalam bahasa Ligwina “inflasi atau kenaikan biaya hidup” (hal. 74) semuanya menjadi lebih mudah gw pahami. Apalagi ketika Ligwina memberi ilustrasi dengan hitungan-hitungan sederhana mempersiapkan dana pendidikan dan dana pensiun dengan memperhitungkan laju inflasi pertahun, semuanya benar-benar jadi jelas. Dan, “inflasi itu nyata adanya.” (hal. 91).

Apa hubungannya dengan harga tiket NBL?

Kemarin, ketika ngomongin voucher diskon 50 persen tiket NBL Indonesia di blog gw yang sudah tidak berlaku lagi, seorang teman di twitter (@dheyyan) membalas dengan mengatakan “kalau begitu, semoga harganya (tiket) gak naik.” Saat itu gw kembali membalas, “harapannya keliru, semoga uang saya semakin banyaaaakkkkk, amin?”

Untungnya, jawaban gw kayaknya ada benarnya (kayaknya yaa..) :P Karena setelah membaca buku Ligwina, dengan melihat angka inflasi kita yang rata-rata 12 persen pertahun, maka kemungkinan besar harga tiket NBL Indonesia pun akan ikut menyesuaikan diri. Itu belum termasuk jika liga basket nasional itu semakin digemari yaa. Karena kalau semakin populer, insyaAllah harga tiketpun akan naik mengikuti hukum permintaan dan pasokan.

Membaca buku Ligwina akan banyak membuka pemahaman kita tentang “aturan” dalam permainan uang yang kita jalani setiap hari. Kita sering terlena dengan keadaan sekarang, keadaan yang serba cukup saat ini tanpa menyadari bahwa “hantu inflasi” suatu saat akan membuat kita berkata “hmm..harga-harga pada naik yaa..” Atau buat pecinta NBL akan mengatakan “yaah, kok tiketnya tambah mahal seeh?” Lalu kita mulai menyalahkan panitia (entitas di luar kita) tanpa menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang lumrah, alami, dan kemungkinan besar pasti terjadi.

Membaca yaa! :D