V for Vendetta; Kesabaran, Kecerdasan, dan Keberanian Melawan Tirani

Rehat sejenak dari main basket. Mari menyaksikan film bermutu dari buku berkualitas, V for Vendetta!

Film V for Vendetta

V for Vendetta adalah salah satu dari dua film favorit gw. Gw ingat sekali, gw dulu selalu menunda-nunda untuk menonton film V for Vendetta hanya karena tokoh utamanya mengenakan kostum aneh seperti super hero dan topeng konyol bak badut. Hingga satu saat ketika tidak ada lagi film-film dari dvd bajakan yang bisa gw tonton karena kebanyakan sudah gw tonton, gw mengambil V for Vendetta.

Vforvendettamov

Tokoh utamanya bernama V. Kisahnya berlatar tempat di Inggris pada masa depan, di mana usai perang dunia, negara-negara mengalami kehancuran yang teramat parah. Kondisi Inggris sendiri sangat karut marut dengan kualitas hidup yang sangat rendah yang ditandai dengan tingkat kematian yang tinggi, pengangguran yang tinggi, bahkan kelaparan yang meraja lela.

Kondisi ini menggoda seorang politikus untuk menjalankan pemerintahan Inggris dengan cara fasis dan totaliter. Semua masyarakat Inggris tunduk dan tak ada yang berani melawan kecuali V, seorang pemberani yang menggunakan kostum dan topeng lelaki yang selalu nyengir (Guy Fawkes). V menyebarkan propaganda melawan pemerintah dengan cara dan isi yang sangat cerdas dan provokatif yang membuat ia langsung menjadi incaran pemerintah nomor wahid!

Selain menjalankan propagandanya, V juga menjalankan aksi “vendetta” (kurang lebih bermakna “balas dendam”) dengan membunuhi tokoh-tokoh politik yang terkait politik fasis. Aksi-aksi V tampil dalam keindahan rangkaian kata-kata propaganda penuh makna yang cerdas, selera tinggi atas karya-karya seni era renaissance, kecintaannya kepada sastra-sastra modern, dan juga lantunan melodi karya Beethoven yang mengiringi kegirangannya ketika menghancurkan bangunan-bangunan penting di dalam kota London yang menjadi simbol fasisme.

Novel grafis V for Vendetta

Film V for Vendetta diarahkan oleh Wachowski Bersaudara (menggarap film The Matrix) berdasarkan tokoh dan kisah dari novel grafis yang berjudul sama, V for Vendetta karangan Alan Moore dan David Lloyd. Bukunya pun tak kalah seru, bahkan menampilkan dua sudut pandang yang sama-sama seru.

V-for-vendetta

Di dalam versi bukunya, V diceritakan sebagai seorang anarkis yang menentang pemerintah yang mengajarkan tentang bagaimana sebuah masyarakat tidak seharusnya dikuasai oleh sekelompok orang saja yang mencekokkan kebenarannya sendiri, mengacu pada sebuah slogan klasik, “Semua kekuasaan adalah korup, dan kekuasaan absolut tentu juga korup secara absolut.”

Dalam novelnya, V menjelaskan bagaimana tatanan masyarakat tersebut akan berjalan dan apa fase yang perlu dilalui untuk mencapai pada tahapan pembentukan masyarakat yang bebas tersebut. Fase pertama adalah sebuah ide destruktif yang dibenarkan untuk menghancurkan atau mendekonstruksi tatanan masyarakat yang eksis saat ini, lantas setelah kehancuran total terjadi, diharapkan masyarakat akan mulai belajar untuk mengatur diri mereka sendiri.

Kontroversi

Film ini dilarang beredar di banyak negara karena kandungannya yang dianggap sangat berbahaya dan mampu mencuci otak seseorang secara cukup instan. Italia adalah salah satu negara yang melarang beredarnya film ini di negaranya. Untungnya kita sudah tidak berada di zaman Orde Baru lagi, jika iya, gw yakin film dan buku V for Vendetta nggak akan pernah terdengar di Indonesia.

(Beberapa ide tulisan gw sadur dari Wikipedia)

———————————————————————-

V adalah seorang tokoh yang sangat eksentrik, kalimat perkenalannya kepada Evey Hammond (tokoh lain di dalam V for Vendetta) membawa gw kepada keterperanjatan betapa kecerdasan adalah sebuah keindahan! Simak kata-kata perkenalan V:

“Voilà! In view, a humble vaudevillian veteran, cast vicariously as both victim and villain by the vicissitudes of fate. This visage, no mere veneer of vanity, is a vestige of the vox populi, now vacant, vanished. However, this valorous visitation of a bygone vexation stands vivified, and has vowed to vanquish these venal and virulent vermin vanguarding vice and vouchsafing the violently vicious and voracious violation of volition. The only verdict is vengeance; a vendetta held as a votive, not in vain, for the value and veracity of such shall one day vindicate the vigilant and the virtuous. Verily, this vichyssoise of verbiage veers most verbose, so let me simply add that it’s my very good honor to meet you and you may call me V.”