Satria Muda vs Aspac, Penantian Berujung Anti-Klimaks

Laga Satria Muda melawan Aspac di Jakarta adalah salah satu laga yang paling ditunggu-tunggu di NBL Indonesia karena banyak alasan. Alasan yang paling klasik adalah tradisi kedua tim yang selalu menjadi bebuyutan satu kota sejak sekitar delapan tahun lebih terakhir. Alasan lainnya, dikarenakan alasan klasik tersebut juga, dalam dua pertemuan terakhir mereka, baik Aspac dan Satria Muda masing-masing telah mengalahkan satu sama lain.

Publik Jakarta sadar akan hal tersebut. Demikian pula penggemar basket di Indonesia yang (mungkin) sudah menunggu jauh-jauh hari (dari pantauan mention dan retweet di twitter @mainbasket) karena tahu laga besar klasik tersebut akan disiarkan langsung di televisi.

Ketika laga dimulai, Hall A Senayan terisi penuh! Ketika pertandingan tengah berjalan, penonton terus datang, meluber dan tak lagi tertampung oleh tempat duduk yang tersedia di Hall A. Sebagian penonton berdiri! (kejadian serupa terjadi ketika laga hari pertama saat Aspac melawan Pelita Jaya). Itu dari sudut animo dan apresiasi penonton. Bagaimana dengan kualitas pertandingannya sendiri?

Kurang memuaskan :P

1. Skor rendah

Kuarter pertama berjalan lamban dan cenderung membosankan. Kedua tim melakukan masing-masing enam kali turn over. Field goal Satria Muda hanya 12 persen. Aspac sedikiit lebih baik dengan 20 persen. Hasil akhir kuarter pertama, 9-6 untuk keunggulan Aspac. Terendah dalam catatan NBL Indonesia karena kedua tim tak mampu mencapai dua digit poin. Hasil akhir pun terbilang rendah dengan skor 56-50 untuk kemenangan Satria Muda. Penonton (setidaknya gw..hehee) berharap skor setidaknya 20 poin lagi, atau setidaknya skor tak terlalu rendah dengan persaingan yang sengit dan cepat.

2. Menyerah sebelum laga usai

Waktu masih tersisa belasan detik, Aspac hanya tertinggal enam poin, bola dikuasai Satria Muda. Tiba-tiba para pemain Aspac dan Satria Muda sudah bersalaman sebagai tanda menyudahi laga seolah Aspac tak mungkin lagi mengejar. Ini rasanya bukan Aspac seperti biasanya. Aspac kerap pantang menyerah hingga waktu benar-benar habis! Apalagi ketertinggalan enam angka, walau (mungkin) sulit, masih sangat mungkin terkejar.

3. Fairplay?

Oke lah Aspac menganggap laga sudah usai dan enggan berpeluh-payah mengejar lagi untuk setidaknya membuat laga menjadi over time. Para pemain kedua tim sudah mulai bersalaman, waktu belum habis benar. Tiba-tiba Agung Sunarko melakukan lay-up shoot dan bola masuk! Fairplay? Hmm.. *mikir :(

4. Poin yang tidak terhitung

Abaikan masalah fairplay atau tidaknya apa yang dilakukan Agung dengan melakukan lay-up shoot ketika pemain dari kedua tim sudah mulai bersalaman dan secara tidak langsung “menyatakan” laga sudah selesai. Bola lay-up Agung masuk! Wasit mengabaikannya. Padahal waktu belum habis. Skor sebelum Agung lay-up adalah 56-50, dan para wasit seolah sepakat dengan “pertandingan sudah usai”. Wasit dan petugas meja lalai mencatat poin dari Agung. Laga seharusnya berakhir 58-50. Bukan 56-50.

5. Shot clock yang masih berjalan

Ini sebelumnya tak pernah terjadi pada NBL Indonesia, lagi-lagi petugas meja lalai. Ketika Satria Muda melakukan lemparan ke dalam dari base line pertahanan mereka, waktu sudah menunjukan sisa belasan detik. Anehnya, shot clock 24 detik tetap berjalan. Seharusnya, shot clock 24 sudah mati.

Rasanya, baik pemain maupun petugas pertandingan mungkin terbius oleh aura sebelum pertandingan yang klasik karena pertemuan Aspac dan Satria Muda yang terasa akan heboh, atau sangat bisa jadi kehangatan Hall A Senayan membuyarkan konsentrasi :D

Ini Akan Terjadi Pada Siapapun yang Lawan Arus :)

Gw lagi baca buku “Delivering Happiness, A Path To Profits, Passion, And Purpose” tulisan Tony Hsieh, CEO Zappos.com. Tony Hsieh ini beberapa waktu lalu menjual perusahaannya, Zappos.com kepada Amazon.com senilai lebih dari 1,2 miliar dollar Amerika Serikat! Menakjubkan. *sekali lagi lihat mata uangnya yaa.. dollar Amerika Serikat, bukan rupiah :)

Kali ini bukan bukunya yang mau gw bahas karena memang belum selesai gw baca. Tapi ada satu kalimat menarik yang dikutp oleh Tony Hsieh sebagai pembuka bab pertama. Kata-kata dari Gandhi “first, they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.”

Terkait dengan NBL Indonesia yang sudah hampir menyelesaikan musim reguler 2010-2011, rasanya semua yang dikatakan oleh Gandhi tersebut pernah bahkan tengah dialami oleh NBL Indonesia. Sejak IBL (Indonesian Basketball League) tak ada lagi yang menangani di akhir 2009 lalu, anak-anak DBL di Surabaya melawan arus dengan kembali menyelenggarakan liga basket profesional sekaligus tertinggi di Indonesia tersebut. Sejak itu banyak yang gak peduli, yang menertawakan, meremehkan, pun ada yang melawan. Sejauh ini NBL Indonesia terasa lancar walau tentu saja ada kekurangannya. Untuk kata-kata Gandhi terakhir dari kalimat di atas “..then you win,” semoga jadi kemenangan semua pecinta basket di Indonesia, amiin :)

*mari lanjutkan lagi baca bukunya :D

Menunggu Duel Klasik, Aspac vs Satria Muda, Dua Hari Lagi!

“Orang Bandung itu datang untuk nonton Garuda. Orang Jakarta datang untuk nonton pertandingan bagus dan seru,” demikian komentar Coach Fictor Roring secara langsung ke gw tentang tulisan tim NBL yang paling digemari di Ibu Kota.

Ibu Kota Jakarta memiliki lima wakil di NBL Indonesia; Aspac, Citra Satria, Pelita Jaya, Satria Muda, dan Stadium. Pertandingan-pertandingan yang melibatkan tim-tim tersebut selalu seru dan beberapa di antaranya lagi sangat-sangat seru! Satu laga yang hampir pasti selalu seru adalah duel klasik Aspac vs Satria Muda. Dua tim yang selama delapan lebih tahun terakhir ini merajai dunia basket nusantara. Dan sebenarnya, meskipun memang laganya akan menarik, baik Aspac maupun Satria Muda memiliki kelompok pendukung yang fanatik.

“Santapan” pembuka sudah habis

Sebelum seri Jakarta, Aspac maupun Satria Muda sama-sama dua kali dikalahkan oleh tim Jakarta lainnya, Pelita Jaya. Namun, membuka seri Jakarta, Pelita Jaya seolah menjadi “menu” pembuka bagi kedua tim. Aspac melumat Pelita Jaya dengan skor 68-60, dan Satria Muda juga memukul Pelita Jaya dengan 79-72.

Kini yang tersisa adalah “santapan” utamanya. Santapan utama Aspac adalah Satria Muda, demikian pula sebaliknya! Dalam dua laga pertemuan sebelumnya, Aspac menyantap Satria Muda di Surabaya dengan skor 68-58. Lalu balik Satria Muda yang mengunyah Aspac di Solo dengan skor 63-52. Catatan dua pertemuan sebelumnya adalah 1-1. Satu pertandingan lagi, tinggal siapa “melahap” siapa :D

*Aspac vs Satria Muda, Sabtu, 12 Februari 2011, pukul 12:30. Langsung di Antv.

“Bola Basket Ini Adalah Amanah,” Kata Sang Guru

“Ketika kau mulai menerimanya, kau harus menjaganya agar tidak direbut oleh lawanmu.”

“Kau harus menggiringnya menuju daerah pertahanan lawan. Membaginya dengan rekanmu yang lain yang memiliki kesempatan lebih leluasa untuk memasukannya ke dalam ring lawan. Juga tentu saja tanpa takut untuk menerimanya kembali jika bola itu datang lagi kepadamu.”

Camkan baik-baik, bola itu adalah amanah dari rekan-rekanmu. Ia berada di tanganmu dalam penguasaanmu karena rekan-rekanmu percaya bahwa kamu mampu menjaganya agar tidak direbut lawan bahkan mampu memasukannya ke dalam keranjang lawan, demi menggapai cita-cita bersama.”

Tak ada pemain basket yang dengan sengaja memberikan bolanya kepada lawan. Karena ia tahu bahwa itu adalah khianat.”

“Jika bola basket itu terlepas dari tanganmu dan direbut lawan, tentu rekan-rekanmu akan kecewa. Tapi percayalah itu hanya sementara dan sebentar saja karena rekanmu tahu kamu tanpa sengaja melakukannya. Bola basket tak mengenal ajaran mengenai khianat. Ia mengajarkan menjaga amanah sekuat tenaga!”

“Bagaimana cara menjaga amanah yang baik? Berlatihlah yang giat. Semakin pandai kau menjaga amanah, semakin besar kemungkinanmu untuk menggapai cita-citamu.”

“Hidup ini adalah menjaga amanah, menjaga bola basket yang sedang kau pegang,” kata sang guru.

*)Terinspirasi dari petuah kak Richard “Insane” ketika kita menyaksikan pertandingan antara Satria Muda melawan Stadium tadi malam.

Dua Hari yang Menghancurkan Mood!

Apalah itu Cikeusik dan Temanggung!! Gambar nona cantik di bawah ini untuk mereka yang merasa paling benar paling bebas berbuat seenak jidatnya sendiri. Dan tentu saja juga untuk orang-orang yang punya kuasa punya tahu tetapi tak berbuat apa-apa, malah bahkan mendukung aksi-aksi Cikeusik dan Temanggung!!

Keputusan yang Kerap Merusak Keindahan (dan Kontroversial)

Aturan dalam permainan bola basket banyak banget. Dan rasanya paling banyak di antara olahraga-olahraga lainnya (koreksi kalau gw keliru). Dalam buku peraturan bola basket, baik yang dikeluarkan oleh FIBA maupun NBA, semua aturan tercatat lengkap dan pasti. Tetapi, ketika harus menerapkannya di lapangan, lain lagi. Semua bergantung kepada kejelian wasit! Semua aturan jadi bias ketika persepsi wasit yang sudah meniup peluit kerap berbeda dengan pemain, pelatih, ofisial, bahkan penonton. Namun apa mau dikata, wasit yang berkuasa :P

Untuk membuat pertandingan lebih menarik, kabarnya wasit kerap membiarkan beberapa pelanggaran kecil yang tidak begitu memengaruhi pertandingan (walau tentu saja setiap pelanggaran yang dibiarkan akan merugikan satu tim tertentu). Sulit memang menjadi wasit. Masalahnya terkadang wasit juga sering meniup peluit hanya oleh sesuatu yang penting-gak penting atau bahkan meragukan yang malah merusak keindahan basket dan keputusan itu pun sangat mungkin untuk diperdebatkan (ngerti kan maksud gw? Mudah-mudahan ngerti..heheheee). Tapi kembali lagi, wasit yang berkuasa :P

Kalau maksud gw masih samar, begini lho..

Watch your pivot!

Ketika Seri Solo, salah seorang wasit NBL sangat-sangat ringan bibir untuk meniup peluit oleh kesalahan pemain yang ia anggap travelling. Setiap kali seorang pemain menguasai bola, melakukan pivot, lalu dribble, wasit tersebut sering meniup peluit dan menyatakan bahwa pemain itu melakukan travelling. Masalahnya, selalu dan selalu hanya wasit itu-itu saja yang meniup peluit karena melihat seorang pemain melakukan travelling. Ketika ia meniup peluit, pemain merasa tidak melakukan kesalahan, pemain-pemain lain merasa itu keputusan aneh, ofisial pun begitu, bahkan banyak penonton bergumam “Ha? travelling apanya?”

Barangkali Perbasi nyadar. Wasit tersebut tak lagi muncul pada Seri Bali dan Jakarta ini.

Watch your hesitation!

Kalau baca twit gw hari ini, gw banyak sekali menyinggung tentang seorang wasit NBL bernomor punggung ## yang selama tiga hari NBL di Jakarta ini sangat-sangat suka meniup peluit atas pelanggaran carrying the ball. Ketika seorang point guard (Kelly, Dimaz, Robert, Wijaya, dll) tengah menggiring/dribble bola dengan cepat untuk menyerang, lalu di tengah jalan seorang pemain lawan menghadang, para point guard tersebut biasanya melakukan gerakan hesitation guna mengecoh arah dan melewati pemain yang menghadangnya. Namun, setiap kali si point guard melakukan gerakan hesitation, wasit tersebut langsung meniup peluit menyatakan si point guard melakukan pelanggaran carrying the ball.

Lagi-lagi, anehnya, yang meniup peluit untuk menyatakan pelanggaran carrying the ball tersebut hanya wasit bernomor punggung ## itu saja, alias dia-dia lagi. Kali ini gak banyak penonton yang ngeh, hanya gw saja rasanya :P But it’s true. Bagi gw, pemain yang melakukan gerakan hesitation tersebut tidak melakukan carrying the ball. Jika ia benar melakukan carrying the ball, maka semua dan setiap dribble Dimaz Muharri adalah carrying the ball, begitu juga point guard-point guard yang lain.

Gak ngeh wasit yang mana? Nonton NBL! Ketika ada wasit yang tiup peluit dan kasih tanda pelanggaran carrying the ball, kemungkinan besar pemain yang kena peluit baru saja melakukan gerakan hesitation. Biasanya dalam sebuah serangan balik yang cepat! :(

*Lihat foto Mario Gerungan ketika menggiring bola di atas. Posisi tangannya carrying the ball atau gak? Silahkan putuskan sendiri :)

Tim Manakah Pemilik Ibu Kota Ini?

Ada lima tim NBL Indonesia yang berasal dari Jakarta: Aspac, Pelita Jaya, Satria Muda, Citra Satria, dan Stadium. Kecuali Stadium, empat lainnya berlaga di hari pertama Seri 5 Jakarta. Dari pukul 4 sore, pelan tapi pasti, penggemar basket Jakarta memadati Hall A Basket Senayan. Puncaknya terjadi pada laga Aspac vs Pelita Jaya. Hall A terisi penuh! Dalam bahasa asing, overloaded! Lubeerrr..

Benak gw berpikir, “penonton yang datang ini pastilah datang untuk mendukung salah satu atau dua tim favorit mereka, tapi yang manakah itu?” Gw mencoba mencari tolok ukur dengan mendengar riuhnya sambutan penonton ketika nama tim mereka dipanggil. Dari pantauan hingar-bingar ketika nama tim disebut oleh MC dengan harapan ada tanggapan balik dari penonton, berikut urutan yang gw tangkap berdasarkan keriuhannya:

1. Aspac/Pelita Jaya (sama hebohnya)
2. Pelita Jaya/Aspac (sama riuhnya)
3. Satria Muda
4. Citra Satria

Hmm..gak ada yang ingin pindah kota? *Aspac sempat merubah basis ke Riau beberapa waktu lalu. Begitu juga Citra Satria ke Pontianak.

5 “Keindahan” Permainan Garuda Malam Ini (vs Satria Muda)

1. Melepas Faisal!

Faisal yang jelas-jelas menjadi andalan Satria Muda malah kerap melenggang tanpa pengawalan. Faisal berhasil mencetak 12 angka, 7 rebound, 4 assist, dan 2 steal. Siapa pemain Garuda yang konsisten menjaga pergerakan Faisal? Gak jelas!

2. Memaksakan bermain bawah!

Wendha memang beberapa kali berhasil nyelap-nyelip di antara Galank dan Dodo dan Rogun, tetapi mengapa hal ini begitu dipaksakan? Garuda jelas tak mampu menembus pertahanan bawah ring Satria Muda tetapi terus coba dilakukan. Rebound Garuda pun memble semua!

3. Ke mana para penembak jitu itu?

Bukan masalah bau! Tetapi kurang banyak mencoba. Usaha terbanyak dilakukan di bawah ring dengan beradu melawan big men Satria Muda. Menembak dari luar jarang diusahakan!

4. Miss-match gak masuk akal

Bayangkan, Wendha beradu berebut rebound melawan Dodo! Lolik menghadapi Faisal yang menggiring bola! Aguy mencoba menahan jump-shoot Amin Prihantono. Apa yang terjadi? Miss-match is the new head to head?

5. Baca ulang lagi dari nomor 1!

:P

*Garuda kalah lagi dari Satria Muda, 65-52

“..it’s in your character, you are what you are.” Gary Neville

Kata-kata Gary Neville ketika diwawancara oleh The Observer (Sunday 7 March 2010) ini adalah alasan mengapa Gary Neville menjadi salah satu atlet (pemain sepak bola) favorit gw. Seorang pemain yang berkarakter kuat! Kalimat ini ia katakan mengomentari aksinya merayakan gol Manchester United di hadapan pendukung Liverpool tahun 2006. *dalam beberapa hal, ada baiknya seorang pemain basket menirunya :P (Gary Neville menyatakan pensiun kemarin setelah bermain 602 kali dan menyumbang 7 gol kepada timnya, Manchester United)

I don’t want conflict but then sometimes I suppose controlling your emotions hasn’t been my greatest quality. I don’t plan for Rio Ferdinand to score the last-minute goal against Liverpool at Old Trafford and do what I did [run to celebrate at the Liverpool end in 2006, for which he was fined £5,000]. They’re not moments you plan for before the game. They just happen. Sometimes I go home and think – ‘Should you have done that? Probably not, Gary. But you’ve done it, what can you do about it, it’s in your character, you are what you are.”

My wife [Emma], sometimes, when I go home, might ask: ‘Why did you do that?’ And I can’t answer. That’s me, and there’s nothing I can do about it. I always believe I’ve been totally professional as a football player in my preparation for matches. You’re aware you’re going to make mistakes, slip up, say the wrong thing, let yourself down, but over a 19-year career those things are going to happen.”

Seperti apa aksi Gary saat itu atau bagaimana ia dipandang oleh pendukung tim non-Manchester United, silahkan tanya kakak Google saja yaa :D

Aha! Statistik Field Goal dan Free Throw Kita Membaik! *Eiits, Tunggu Dulu

Ada hal yang menyenangkan ketika melihat perkembangan catatan statistik NBL Indonesia belakangan ini. Sebuah peningkatan signifikan yang luar biasa dalam hal raihan persentase field goal dan free throw :D

Pada raihan field goal, Tony Sugiharto (Muba Hangtuah Indonesia Muda Sumsel) dan Haritsa Herlusdityo (Garuda Bandung) mencetak 100 persen dalam field goal. Amazing! Eitsss, tunggu dulu :D

Lalu free throw, Soudhi Prima Pramudio (Aspac Jakarta) dan Andre Tiara (Garuda Bandung) juga mencetak persentase sempurna 100 persen! Sehebat itukah? Hmm.. tunggu dulu lagi :D

Tony Sugiharto (Muba Hangtuah) baru bermain lima kali untuk timnya. Ia pernah mendapat satu kali kesempatan menembak, hebatnya, tembakan itu langsung masuk! Sejak itu tak ada lagi percobaan mencetak angka yang didapat oleh Tony.

Demikian pula dengan Dityo (Garuda), point guard segar milik Bandung ini akhirnya bermain di Solo saat melawan Satya Wacana Angsapura Salatiga. Bermain selama satu menit lebih di kuarter terakhir, Dityo berhasil menceploskan satu-satunya tembakan yang ia lakukan. Yes, 100 persen :D

Untuk free throw, Soudhi berhasil memasukan semua tembakan bebas yang ia lakukan. Berapa kalikah Soudhi melakukan tembakan bebas? Hanya dua kali :D Soudhi tampil delapan kali bersama Citra Satria Jakarta sebelum akhirnya ditukar ke Aspac Jakarta dan belum pernah bermain untuk tim barunya tersebut.

Andre Tiara, salah seorang forward andalan Garuda Bandung juga mencetak raihan 100 persen atas tembakan bebas yang ia dapatkan. Andre Tiara memiliki performa sedikit lebih baik daripada Soudhi. Andre Tiara yang didera cidera panjang sempat bermain dalam dua pertandingan di Surabaya sebelum kembali cidera. Tiara mendapatkan kesempatan tiga kali free throw dan semuanya masuk.

Artinya rerata field goals dan free throw pemain NBL sudah bagus? Yaa enggak laahhh :D

5 Alasan Mengapa Faisal (Satria Muda) Butuh Garasi Baru

Tadinya gw pikir hawa-hawa penobatan pemain terbaik NBL Indonesia musim 2010-2011 baru akan ditiupkan di akhir Seri Jakarta, tetapi ternyata NBL Indonesia sudah menghembuskannya lebih dini. Lebih menghebohkannya lagi, NBL bahkan mengeluarkan 10 kandidat yang kemungkinan besar meraih penghargaan tersebut.

Dari empat seri sebelumnya, NBL mengompilasi statistik semua pemain lalu mengambil yang terbaik. Pemain-pemain dengan statistik terbaik ini kemudian mendapat penilaian penampilan dari pelatih lawan mereka ketika bertanding. Akumulasi dua nilai ini menjadi patokan sementara 10 pemain yang layak memperebutkan gelar pemain paling bernilai di musim reguler NBL 2010-2011 ini.

Ini 10 pemain yang menjadi nominasi peraih pemain paling berharga tersebut: Faisal Julius Achmad (Satria Muda Jakarta), Dian Heryadi (Muba Hangtuah IM Sumatera Selatan), I Made Sudiadnyana (Garuda Bandung), Agustinus Indrajaya (CLS Knights Surabaya), Rony Gunawan (Satria Muda Jakarta), Amin Prihantono (Satria Muda Jakarta), Robert Santo Yunarto (Muba Hangtuah IM Sumatera Selatan), Bima Rizky Ardiansyah (Bimasakti Malang), Merio Ferdiansyah (Stadium Jakarta), Dimaz Muharri (CLS Knights Surabaya).

Ok, cukup berbasa-basi. NBL memberi 10 nominasi, gw ikutan mencalonkan satu kandidat kuat :D Point guard Satria Muda, Faisal J. Achmad! Berikut alasannya, mengapa Faisal butuh tambahan garasi:

1. Kontribusi statistik

Faisal ada di posisi kedua dalam meraih angka bagi Satria Muda dengan total 227. Hanya kalah 26 angka dari Amin Prihantono yang mengemas 253 poin. Tetapi dari segi assist, Faisal menang jauh atas Amin. Amin hanya mencetak 32 assist sementara Faisal 85. Faisal bahkan menjadi pengumpul rata-rata assist terbanyak di liga dengan 4,05 assist per-game. Bukan tidak mungkin, Amin berhasil menyarangkan lebih banyak bola berkat assist dari Faisal.

2. Belum tergantikan

Meskipun memiliki ketajamannya masing-masing, baik Amin maupun Rony Gunawan memiliki substitusi yang kurang lebih berkemampuan setimpal. Namun untuk posisi point guard, hengkangnya Wendha Wijaya ke Garuda, tidak maksimalnya penampilan Agung Sunarko akibat cidera, serta sangat belum matangnya Firdaus membuat Faisal tidak memiliki pengganti yang sepadan.

3. Inti Satria Muda

Tanpa meremehkan pemain-pemain lain, ketidakhadiran Faisal pada laga Satria Muda akan sangat-sangat berpengaruh pada performa tim. Cabut Amin, cabut Rony, atau Dodo Sitepu atau Welly Situmorang, gak akan membuat tim ini berkurang kesangarannya. Demikian pula ketika Youbel Sondakh sempat tidak bermain, gak banyak berpengaruh. Tetapi jika Faisal tidak bermain, Satria Muda seperti bukan Satria Muda.

4. Penyemangat handal bermental keras

Tanyakan para pecinta Garuda Bandung, siapa pemain yang paling mereka benci. Jawabannya pasti Faisal. Faisal adalah satu-satunya pemain yang pernah merasakan cemooh dari ribuan pendukung Garuda di Bandung. Faisal bahkan dikatai “#****g!” Hebatnya, Faisal justru mampu mengkonversi hinaan tersebut seolah menjadi dukungan bagi dirinya. Faisal berulang kali balik membuktikan bahwa ia tak pernah terpengaruh. Tengil dan menyebalkan bagi tim dan pendukung lawan, namun super berharga bagi Satria Muda. Mampukah pemain Satria Muda lainnya melakukan hal yang sama? Gak yakin.

5. 143,3 x 63 x 59 inci

Adalah dimensi mobil yang menjadi hadiah bagi peraih gelar MVP NBL Indonesia 2010-2011. Jika Faisal meraihnya, semoga gak diparkir di pinggir jalan di luar rumah :)

Masih ada satu seri lagi tersisa. Di Jakarta nanti, akan terlihat apakah Faisal memang butuh garasi baru atau malah pemain lain yang akan mendapatkan kunci mobil kecil imut itu. Gw percaya performa Faisal akan stabil jika tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kalaupun menurun, gak akan menurun jauh. Tetapi jika performa Faisal meningkat, sedikiiit saja, adalah ancaman besar bagi tim lainnya.