Ada Apa Dengan Mahasiswa (Makassar dan Bandung) Masa Kini?

Mari rehat sekitar 5 menit dari main basket dan menoleh kepada ulah mahasiswa di 2 kota ini. Barangkali ini salah satu sebab mengapa Libama akhir-akhir ini juga menjadi sepi!

Makassar

Sekitar dua tahun lalu gw berkunjung ke Makassar dan bertemu salah seorang teman di sana. Dalam salah satu perbincangan, gw bertanya kepada dia, “Bro, kenapa sih mahasiswa Makassar saat ini sepertinya mudah sekali melakukan aksi kekerasan dan sering berkelahi antar kampus?” Saat itu berita di media memang kerap diisi oleh berita perkelahian antar mahasiswa di Makassar.

“Gw juga nggak ngerti Dan,” kata teman gw, “gw malah pernah menyaksikan sendiri ada dua tukang becak berkelahi dan dilerai oleh temannya yang berteriak ‘hoi, jangan berkelahi kalian! Memalukan, kalian seperti mahasiswa saja!’, gw benar-benar malu saat itu.”

Kemarin mahasiswa Makassar kembali mempertunjukkan kekuatan otot untuk sebuah masalah yang seharusnya dipecahkan dengan kekuatan nalar otak. Mahasiswa bentrok dengan aparat kepolisian dan bikin onar. Teman gw di twitter sampai berceletuk kurang lebih “Kurikulum mahasiswa di Makassar apaan sih? Mahasiswanya buas begini.”

Gw yakin tujuan mahasiswa Makassar tersebut adalah (mungkin) kebaikan. Namun caranya jelas sangat memalukan. Gw nggak yakin orang Makassar sendiri bangga punya generasi mahasiswa seperti itu.

Agar tidak terjadi salah paham, mari kita menganggap bahwa hal itu hanya dilakukan oleh segelintir mahasiswa saja. “Nila setitik merusak susu sebelanga.” sentil gw dalam hati.

Bandung

Sebuah niat yang baik jika diungkapkan dengan cara yang salah akan merusak semuanya. Mahasiswa di Makassar memberi contoh yang “cerdas” dalam hal ini.

Ibarat setali tiga uang, mahasiswa di Bandung bagi gw melakukan hal yang kurang-lebih sama. Hanya saja bentuknya berbalik 180 derajat. Gw sangat bingung. Sangat-sangat-sangat bingung dengan kelakuan beberapa (agar tidak terlihat menggeneralisasi) mahasiswa di Bandung beberapa tahun belakangan ini pula.

Ada satu kegiatan atau kelakuan yang (gw yakin) niatnya baik, namun caranya menyebalkan (bahkan saat menulis ini pun gw masih merasa sangat gemas!). Apakah itu? NGAMEN BARENG DI PEREMPATAN JALAN!

Entah apa yang ada di otak mahasiswa-mahasiswa itu. Kreatif? Solidaritas? Sok asik? Iseng? Mengumpulkan dana amal? Atau apa? Yang jelas, bagi gw sebagai pengguna jalan raya, mahasiswa-mahasiswa ini sangat tidak kreatif, memalukan, dan mengganggu ketertiban umum!

Mengganggu ketertiban umum karena mereka menghambat laju kendaraan di lampu merah. Mereka membahayakan diri mereka sendiri dan para pengguna jalan. Bila mereka merasa keren, well, bagi gw tidak sama sekali. Mahasiswa-mahasiswa ini terlihat menyebalkan dan sangat mengganggu. Lagunya jelek. Meminta duit dengan sedikit memaksa.

Enough said. I just don’t have no idea what the hell do those students have in their minds. I dare say this because I didn’t do that when I was a college student. I did better. Way better!

4 pemikiran pada “Ada Apa Dengan Mahasiswa (Makassar dan Bandung) Masa Kini?

  1. couldn’t agree more with you! gemes ngeliat mahasiswa makasar yang brutal itu, tapi lebih gemes lagi ngeliat mahasiswa bdg yg ngamen karena hampir tiap sabtu/minggu selalu keliatan di depan mata gw. heran knp sampe skrg mrk msh aja di bolehin sama kampusnya ngamen2 begitu.ck

  2. Bener Ei, gw juga suka bingung sama kelakuan mahasiswa di dua kota itu. Gw rasa kampusnya juga nggak ambil pusing. Gw jadi penasaran, ada himbauan gak ya dari kampus agar tidak melakukan itu. Atau jangan-jangan malah disarankan? :P

  3. Pihak kmpus ga mlarang asal ga bwa” atribut universitas x ya utk ngamen trs kyky jg pihak kmpus ga ambil pusing am mslah yg ky gtuan..
    Knp sampe saat ini ngamen msh byk d’lakuin ama para mhasiswa” itu soal.y ngamen bsa nghasilin dana yg lmayan gde, bsa ampe 1jta stu mlem..
    Yah cra cepat n gmpang bwt dpetin dana lah

  4. Qha, gak boleh dibiasakan Qha. Memang cara itu menghasilkan uang besar dalam waktu semalam. Namun harus dipikirkan akibat merugikan dari tindakan itu. Misalnya, kemacetan, bahaya potensi kecelakaan, dll. Gw rasa, jika kerugiannya dikonversi ke uang, nilainya akan lebih daripada 1 juta. Mahasiswa kudu bisa melihat hal kayak begitu.

Tinggalkan Balasan ke mainbasket Batalkan balasan